Keinginan menjadi anak rantau tidak selalu indah, adakalanya kita bersedih karena jauh dari orang tua. Menjadi anak rantau yang sangat jauh tentunya melatih kita menjadi pribadi yang mandiri. Memang menjadi  anak rantau sangatlah mengharukan kita yang awalnya berada didekat keluarga, yang awalnya segala sesuatu disiapkan dengan orang tua berubah menjadi pribadi yang mandiri segala sesuatu harus dilakukan dengan sendiri.

Namun Alhamdulillah saya sudah terlatih sejak Sekolah Menengah Pertama  mulai bangun pagi pukul 03.00 tanpa alarm dari orang tua. Karena di rumah orang tua selalu mengajarkan “Bangunlah untuk sholat Tahajud karena disitulah Allah selalu mengabulkan do’a-do’a Hambanya”. Dan sewaktu masuk Sekolah Menengah Atas, saya sudah jauh dari orang tua  dengan tinggal di kost-an yang dituntut untuk selalu berhemat, mulai dari mengelola uang secara sendiri, cari makan sendiri hingga memasak sendiri dan jangan menyusahkan orang lain. Orang tua selalu mengajarkan “sebisa mungkin kamu lakukan dulu jangan sampai menyusahkan orang lain, kalau bisa kamu membantu mereka”. Namun berat rasanya waktu kita memang benar-benar jauh dari keluarga dulu Seminggu sekali pulang ke rumah, sedangkan saat ini jauh dari kampung halaman. Dulu yang masalah rindu dengan orang tua masih bisa ditahan karena seminggu sekali pasti bertemu, sekarang harus bisa menahan dengan kuat untuk bertemu harus menunggu enam bulan sekali.

Jauh dari kampung halaman memang sangat berat dirasakan bagi mereka yang baru merantau, seperti teman yang saat ini tinggal di asrama. Mereka pada mengeluh karena awalnya yang biasanya sarapan disediakan segala keperluan tinggal pakai sekarang harus menjalani semuanya dengan mandiri, harus menghemat uang dan menunda keinginan untuk membeli barang yang diinginkan. Kalau bicara pertama kali merantau dengan jarak yang cukup jauh, jujur sangat sulit dilakukan. Saya yang awalnya membeli air minum dengan harga Rp5000/galon sekarang tinggal dikota menjadi Rp17000, nasi yang dikampung dijual dengan harga 4000/bungkus setelah tinggal dikota menjadi minimal harus keluar uang Rp 10000, yang awalnya memasak dengan berbagai macam sayur tinggal petik dikebun disini saya harus membeli dengan harga yang cukup mahal, harus bisa menghemat uang apalagi anak kuliah keperluannya banyak seperti beli buku, print modul, beli perlengkapan kuliah. Kalau masalah hang out atau beli baju Alhamdulillah saya masih bisa tahan karena tujuan anak rantau untuk kuliah yaitu menuntut ilmu demi masa depan, lagian kita harus semangat uang yang kita pakai yaitu uang dari orang tua sebisa mungkin kita harus menghematnya. Jangan pernah berfikir “mereka bekerja untuk kita uang mereka untuk kita kalau tidak untuk kita untuk siapa lagi” jangan pernah berfikiran seperti itu karena jerih payah bekerja sangatlah berat apalagi kalau kita boros sebisa mungkin kita menghindari hal yang bisa ditunda.

Saya memilih memasak sendiri diasrama daripada delivery karena menurut saya dengan memasak sendiri kita bisa menghemat uang yang biasanya kita sekali makan bisa Rp15000 dikali dengan tiga sehari bisa Rp45000 ribu dengan cara memasak kita ga bakal pernah keluar uang, keluar uang Cuma Rp 50000/minggu dan Alhamdulillah saya setiap 3 minggu sekali mendapat paketan dari kampung seperti ikan asin, bawang merah, bawang putih, garam sedangkan masalah sayur dan telur saya dan teman sekamar beli pasar untuk seminggu. Alhamdulliah masalah makan saya dan teman sekamar tidak mempermasalahkan masalah makanan harus enak atau harus mahal, terkadang kita setiap hari Cuma makan sambal sama ikan asin terkadang makan telur sama sayur, dan kita telah membuat kesepakatan tidak ada delivery atau makan diluar kecuali beras habis. Disini saya juga belum pernah laundry sama sekali karena menurut saya kalau kita bisa melakukan kenapa harus bayar jasa orang dan itu akan membuatku ketagihan.

Memang kita jauh dari orang tua perlu perjuangan yang keras amun segala hal tersebut tidak menjadikan alasan kita untuk bermalas-malasan atau untuk bermain-main dikota orang. Jujur ketika saya pertama kali berada di Bandung berat rasanya jauh dengan orang tua, apalagi melihat orang tua waktu berpisah dengan saya. Pastinya sedih dan butuh waktu untuk melupakan semuanya dan menjalani kehidupan sekarang ini. Namun Alhamdulillah saya sadar akan kerja keras dan perjuangan dari orang tua, saya tidak mau mengecewakan orang tua untuk berkali-kali. Kita cukup berfikir satu yaitu Kita disini jauh dari orang tua untuk mencari ilmu untuk masa depan yang lebih baik. Kita seharusnya bersyukur kepada Allah karena orang tua kita telah diberi rezeki untuk membiayai kita. kita harus berfikir betapa sulitnya orang tua mencari uang demi kita, jangan sampai kita kuliah main-main saja, menghabiskan uang untuk hal yang tidak perlu coba kita lihat jauh diluar sana yang tidak seberuntung dengan kita. Masalah rindu dengan orang tua pastinya kita semua anak rantau rindu dengan orang tua rindu dengan kampung halaman rindu berkumpul dengan kerabat dekat, namun ingatlah tujuan kita satu membahagiakan orang tua, mencari kesuksesan. Kalau kita pulang ke kampung halaman dengan gelar dengan prestasi yang membanggakan pengorbanan kita jadi anak rantau pasti akan berbuah manis . Satu motto hidup saya yaitu “HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI KEMARIN”. Satu tekat untuk ku dari dulu agar tetap semangat cita-cita harus ditaruh depan mata agar kita bisa melihat seberapa inginnya kita untuk meraihnya dan kita harus menggapainya .